- Emas Kembali Melemah,Pasar Kurangi Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
Harga emas bertahan di level rendah pada Jumat pagi (25 Juli 2025), setelah sebelumnya terkoreksi menyusul rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja. Meski demikian, emas masih mencatatkan kenaikan mingguan tipis karena investor mulai mengurangi ekspektasi mereka terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat.
Harga emas batangan diperdagangkan mendekati US$3.370 per ons, turun 0,6% pada hari Kamis. Penurunan ini dipicu oleh laporan bahwa klaim tunjangan pengangguran di AS mengalami penurunan selama enam pekan berturut-turut — menjadi tren penurunan terpanjang sejak 2022. Data yang solid ini mendorong penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi, yang biasanya memberikan tekanan terhadap harga emas sebagai aset tanpa bunga.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama baru akan terjadi pada bulan Oktober, dengan total pemangkasan sepanjang tahun kemungkinan kurang dari dua kali.
Di sisi lain, ketegangan politik turut mencuat setelah Presiden Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell terlibat perselisihan terkait renovasi kantor pusat bank sentral. Meskipun demikian, Trump tetap mendorong pemangkasan suku bunga sambil menyatakan bahwa renovasi bukanlah alasan untuk memberhentikan Powell.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah naik lebih dari 25% didorong oleh ketidakpastian global, termasuk konflik geopolitik dan kebijakan perdagangan AS. Namun, sejak menyentuh rekor di atas US$3.500 per ons pada April, harga emas bergerak dalam kisaran sempit karena investor mulai kembali melirik aset berisiko.
Pada pukul 08.05 pagi waktu Singapura, harga emas spot tercatat sedikit berubah di US$3.369,67 per ons, sementara logam mulia lainnya seperti perak dan paladium relatif stagnan, serta platinum mengalami sedikit penguatan.
Sumber: Newsmaker.id
- Harga Emas Terkoreksi Usai AS dan Jepang Capai Kesepakatan Dagang
Harga emas berjangka mengalami koreksi dari level tertingginya dalam lima pekan pada Rabu sore (24 Juli 2025), meskipun dolar AS mengalami pelemahan.
Tekanan jual terjadi akibat aksi ambil untung dari para pelaku pasar setelah harga emas menyentuh puncak tertinggi sejak pertengahan Juni. Penurunan ini juga dipicu oleh kabar tercapainya kesepakatan tarif antara Amerika Serikat dan Jepang—menjadikan Jepang sebagai mitra dagang besar pertama yang menyetujui persyaratan menjelang tenggat 1 Agustus versi Presiden Donald Trump.
Kontrak emas untuk pengiriman Agustus terakhir tercatat turun sebesar US$45,50 menjadi US$3.398,20 per ounce, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi US$3.452,80 (rekor sejak 13 Juni).
Dalam kesepakatan tersebut, AS akan memberlakukan tarif impor sebesar 15% untuk berbagai produk Jepang, termasuk mobil. Sebagai imbalannya, Jepang berkomitmen untuk menginvestasikan US$550 miliar di Amerika Serikat. Menurut ekonom ternama Paul Krugman, dana tersebut kemungkinan akan dikelola dalam bentuk sovereign wealth fund, sebagian di antaranya berpotensi dipengaruhi langsung oleh kebijakan Trump.
Sementara itu, meski indeks ICE Dollar turun tipis sebesar 0,09 poin ke 97,3, imbal hasil obligasi AS justru meningkat. Yield obligasi bertenor 2 tahun naik 3,7 basis poin menjadi 3,889%, dan yield obligasi 10 tahun melonjak 4,3 poin ke level 4,393%.
Kenaikan imbal hasil ini turut menekan harga emas, mengingat logam mulia tidak memberikan imbal hasil sehingga menjadi kurang menarik dalam kondisi tersebut.
(Sumber: MT Newswires)
- Harga Emas tembus Tertinggi 5 Pekan
Harga emas mencatatkan lonjakan signifikan pada Selasa (22/7), menembus level tertinggi dalam lima pekan. Sentimen pasar dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait ketidakpastian perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta melemahnya imbal hasil (yield) obligasi AS.
Emas spot tercatat naik 1% menjadi $3.428,84 per ons, sedangkan emas berjangka AS menguat 1,1% ke $3.443,70 per ons.
Penurunan yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun ke level terendah dalam dua pekan turut memberikan dorongan pada harga emas, mengingat emas sebagai aset tanpa bunga menjadi lebih kompetitif dalam situasi tersebut.
Para analis memproyeksikan bahwa minat terhadap aset safe haven seperti emas akan tetap tinggi, khususnya menjelang tenggat waktu kebijakan tarif baru pada 1 Agustus yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Situasi semakin tidak pasti setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa Washington tidak terburu-buru dalam menyepakati perjanjian dagang. Ia bahkan membuka kemungkinan memperpanjang tenggat waktu tarif terhadap Tiongkok hingga 12 Agustus. Sementara itu, Uni Eropa menyampaikan bahwa mereka siap mengambil tindakan balasan apabila kesepakatan perdagangan gagal tercapai.
Di sisi lain, ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed dalam pertemuan bulan Oktober juga menjadi katalis positif bagi emas. Meskipun demikian, suku bunga diperkirakan masih akan dipertahankan pada pertemuan pekan depan.
Dalam kondisi suku bunga rendah, emas cenderung mendapatkan keuntungan karena biaya peluang untuk memegang logam mulia ini menjadi lebih rendah bagi investor.
Untuk logam mulia lainnya, pergerakan cenderung bervariasi. Perak naik 0,6% ke $39,16 per ons, palladium naik 1,4% ke $1.282,82, sementara platinum terkoreksi 0,5% ke $1.431,64.
Secara teknikal, analis memperkirakan level $3.420 sebagai area resistensi penting bagi emas, dengan dukungan kuat di kisaran $3.350.
Sumber: Reuters
- Emas Meroket Tajam,Jelang Tenggat Tarif 1 Agustus, Dan Ketidakpastian Global Yang Meningkat
Harga emas melonjak lebih dari 1% dan menyentuh level tertinggi dalam lima pekan pada Senin (21/7), didorong oleh pelemahan dolar AS serta turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Pasar global kini bersiap menghadapi tenggat 1 Agustus—batas waktu bagi negara-negara untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, atau terancam tarif tambahan.
Harga emas spot naik 1,3% menjadi US$3.394,23 per ons pada pukul 14:34 waktu setempat (1834 GMT), menyentuh level tertinggi sejak 17 Juni. Sementara itu, emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus ditutup naik 1,4% ke US$3.406,40 per ons.
Penurunan indeks dolar AS sebesar 0,6% membuat harga emas menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri. Di saat yang sama, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke level terendah dalam lebih dari sepekan.
“Dengan tenggat 1 Agustus yang semakin dekat, ketidakpastian meningkat dan ini jelas mendukung harga emas,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Sementara itu, Uni Eropa tengah menjajaki langkah balasan terhadap AS, karena kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang yang dapat diterima dinilai semakin kecil oleh para diplomat.
Kebijakan Suku Bunga & Ketidakpastian Fed
Pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 59% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September, menurut alat CME FedWatch.Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa struktur Federal Reserve perlu ditinjau kembali. Spekulasi seputar kemungkinan penggantian Ketua The Fed Jerome Powell turut menambah keresahan pasar, ujar Meger.
Emas kerap dianggap sebagai aset safe haven dan tampil baik di tengah ketidakpastian serta suku bunga rendah.
Permintaan Fisik Lesu dari Tiongkok
Meski harga naik, permintaan fisik dari Tiongkok—konsumen emas terbesar dunia—terlihat menurun. Data terbaru menunjukkan bahwa negara tersebut mengimpor hanya 63 metrik ton emas bulan lalu, terendah sejak Januari. Impor platinum Tiongkok juga turun 6,1% dibandingkan bulan sebelumnya.Logam Mulia Lainnya:
- Perak spot naik 2,1% ke US$38,99 per ons
- Platinum naik 1,4% ke US$1.440,75
- Palladium naik 2,1% ke US$1.266,04
Sumber: Reuters
- EMAS MULAI MEMPERLIAHATKAN KENAIKAN,Didorong Ketegangan Global dan Melemahnya Dolar
Harga emas naik pada Jumat (18/7), dipicu oleh pelemahan dolar AS serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, yang mendorong permintaan terhadap logam mulia sebagai aset safe-haven. Di sisi lain, harga platinum mengalami koreksi setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 2014.
Harga emas spot naik 0,4% menjadi US$3.353,25 per ons pada pukul 12:26 siang waktu EDT (16:26 GMT), setelah turun 1,1% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,4% menjadi US$3.359,70.
“Di pasar logam mulia, kenaikan terjadi secara menyeluruh, berkat pelemahan dolar,” ujar analis Marex, Edward Meir.
Dolar AS tercatat melemah 0,5%, membuat harga emas menjadi lebih murah bagi investor dengan mata uang lain.
Analis logam mulia dari Standard Chartered Bank, Suki Cooper, menambahkan:
“Masalah pertumbuhan utang AS dan perkembangan terbaru terkait tarif kemungkinan akan terus menjaga fokus pasar pada emas. Untuk saat ini, harga emas tampak cukup kuat di level bawahnya.”
Sementara itu, terkait kebijakan tarif, Indonesia masih merampungkan detail kesepakatan dagang dengan AS. Di saat yang sama, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, menyatakan kepada Perdana Menteri Jepang bahwa kesepakatan yang “baik” masih mungkin dicapai.
Awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump menegaskan tidak berniat memecat Ketua The Fed Jerome Powell, meskipun tetap membuka kemungkinan dan mengkritik sikap The Fed yang belum memangkas suku bunga.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali hingga akhir tahun ini, total sebesar 50 basis poin.
Emas umumnya bersinar di tengah ketidakpastian ekonomi, dan penurunan suku bunga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset non-yielding.
Sementara itu, harga platinum spot terkoreksi 0,8% menjadi US$1.432 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2014.
Sumber: Reuters
- Emas Kembali Menguat,Setelah Trump Bantah Isu Pemecatan Ketua The Fed
Harga emas sempat melonjak pada Rabu (16/7) setelah laporan media menyebut Presiden AS Donald Trump berencana memecat Ketua The Fed, Jerome Powell. Namun, kenaikan tersebut terkoreksi setelah Trump membantah klaim tersebut.Trump menyatakan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk memecat Powell, meskipun tidak sepenuhnya menutup kemungkinan tersebut. Ia menambahkan bahwa saat ini tengah dilakukan penyelidikan terkait pembengkakan biaya renovasi kantor pusat The Fed sebesar $2,5 miliar.Harga emas spot naik 1% menjadi $3.354,01 per ons pada pukul 13:53 EDT (17:53 GMT), setelah sempat melonjak hingga 1,6%. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup naik 0,7% di level $3.359,10.“Judul berita yang menyebut Trump mempertimbangkan memecat Powell sempat mendorong harga emas naik… namun kemudian diklarifikasi bahwa hal itu sangat kecil kemungkinan terjadi. Pasar emas terguncang oleh tarik-ulur pernyataan ini,” ujar Daniel Ghali, analis komoditas dari TD Securities.
Ketegangan Geopolitik dan Tarif Perdagangan Perkuat Emas
Di sisi geopolitik, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Damaskus, yang merusak kompleks Kementerian Pertahanan dan menghantam area dekat istana presiden. Serangan ini meningkatkan kekhawatiran global dan mendorong minat terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Sementara itu, Komisi Eropa bersiap mengenakan tarif terhadap barang-barang AS senilai $84,1 miliar jika negosiasi dagang dengan Washington gagal. Langkah ini merupakan respons atas ancaman Presiden Trump untuk memberlakukan tarif 30% terhadap produk dari Uni Eropa.
“Dengan serangan Israel dan sikap AS yang semakin agresif dalam isu perdagangan, ketidakpastian di pasar semakin tinggi,” ujar Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals. “Situasi ini tentu menjadi katalis positif bagi emas.”
Data Inflasi dan Sentimen Pasar
Dari sisi makroekonomi, data harga produsen AS tercatat stagnan pada bulan Juni, berbeda dari kenaikan 0,3% pada Mei. Data ini melengkapi laporan sebelumnya yang menunjukkan bahwa harga konsumen naik 0,3% pada Juni, dari 0,1% pada bulan sebelumnya.
Sinyal inflasi yang masih terkendali ini diperkirakan membuat The Fed tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan pemangkasan suku bunga. Emas biasanya mendapatkan dukungan tambahan dalam lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian pasar.
Logam Lain Ikut Menguat
Selain emas, harga perak spot naik 0,5% menjadi $37,89 per ons, platinum melonjak hampir 3% ke $1.412,55, dan palladium naik 1,8% ke $1.227,73.
Sumber: Reuters
- Harga Emas Terkoreksi turun Setelah Data IHK AS Meningkat, Dan Dolar Menguat
Harga emas mengalami koreksi pada Selasa (15/7), turun lebih dari 0,40% setelah rilis laporan inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) yang memicu penguatan Dolar AS dan menekan logam mulia. Emas diperdagangkan di kisaran $3.329 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi harian di $3.366.
Sentimen pasar terlihat beragam, dengan indeks saham AS berfluktuasi pasca pengumuman Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Juni. Data utama dan inti IHK menunjukkan kenaikan secara tahunan, mengindikasikan bahwa tarif mulai mendorong harga ke level lebih tinggi. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan mendatang di bulan September, sembari menunggu data tambahan setelah Simposium Jackson Hole.
Di akhir pekan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 30% terhadap Uni Eropa (UE) dan Meksiko. Pernyataan ini sempat mengangkat harga emas, namun kemudian terkoreksi kembali seiring munculnya spekulasi pasar bahwa kesepakatan dagang dapat tercapai dalam beberapa hari atau minggu ke depan.
Selain itu, Trump tetap aktif di media sosial, mengumumkan kesepakatan dagang dengan Indonesia, serta menyampaikan pandangannya mengenai data inflasi terbaru dengan mendesak The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Dalam pekan ini, pasar akan terus memantau rilis data inflasi dari sisi produsen (PPI), Penjualan Ritel, data ketenagakerjaan, dan laporan Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS.
(Sumber: Fxstreet)
- Harga Emas Terkoreksi,Setelah Menyentuh Level Tertinggi Tiga Pekan Terakhir
Harga emas sedikit terkoreksi setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam tiga pekan pada hari Senin (14/7), sementara perhatian pasar terfokus pada negosiasi dagang global dan data ekonomi Amerika Serikat. Di sisi lain, harga perak melonjak menyentuh level tertinggi sejak September 2011.
Pada pukul 13.44 waktu setempat (EDT), harga emas spot melemah 0,1% menjadi $3.350,97 per ons, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 23 Juni. Kontrak berjangka emas AS juga ditutup turun 0,1% ke posisi $3.359,10.
Kekuatan dolar AS, yang mencatatkan level tertinggi dalam hampir tiga pekan, turut menekan emas karena membuat harga logam mulia tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, mengatakan,
“Setelah lonjakan harga yang cukup signifikan, kami melihat adanya aksi ambil untung (profit-taking); meskipun demikian, pasar emas secara keseluruhan masih didukung dengan baik.”
Sementara itu, Uni Eropa dan Korea Selatan dilaporkan tengah mengupayakan kesepakatan dagang dengan Presiden AS Donald Trump. Trump sendiri meningkatkan tensi perang dagang pada hari Sabtu dengan menyatakan akan mengenakan tarif 30% terhadap sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai bulan depan, serta memberi peringatan serupa kepada Jepang dan Korea Selatan.
Para investor kini menantikan rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada hari Selasa dan laporan Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Rabu, sebagai petunjuk arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
“Kami terus mendengar pernyataan Presiden AS yang menginginkan suku bunga lebih rendah, dan saya kira pada akhirnya hal itu cukup mendukung harga emas,” tambah Melek.
Harga emas biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset).
Untuk perak, harga spot tidak berubah di $38,36 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak September 2011 pada sesi perdagangan hari itu.
Nitesh Shah, ahli strategi komoditas dari WisdomTree, menuturkan,
“Perak memiliki fundamental yang kuat, dengan pasokan yang defisit dan permintaan—terutama dari sektor tenaga surya—yang tetap tinggi. Kini kinerja perak mulai menyusul emas, dengan rasio emas terhadap perak mendekati angka 86.”
(Sumber: Reuters)
- Emas Jadi Buruan Investor,Ditengah Tarif Trump Memicu Kepanikan
Harga emas bergerak lebih tinggi pada Jumat sore (11/7), mencatat kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut meskipun dolar AS turut menguat. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe-haven di tengah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang terus berubah-ubah.
Kontrak emas untuk pengiriman Agustus terakhir tercatat naik sebesar US$40,30 menjadi US$3.366,00 per ons.
Kenaikan ini terjadi setelah Trump pada Kamis menyatakan akan mengenakan pajak 35% atas impor dari Kanada mulai 1 Agustus. Dalam wawancaranya bersama NBC News, Trump juga mengungkapkan rencana untuk memberlakukan tarif menyeluruh sebesar 15% hingga 20% kepada sebagian besar mitra dagang AS.
Ancaman kebijakan tarif — yang berpotensi menekan arus perdagangan global — serta ketegangan yang terus terjadi di Timur Tengah turut mendukung pembelian emas sebagai aset lindung nilai. Dalam 12 bulan terakhir, harga emas tercatat telah naik sekitar 37%.
“Ada sentimen yang lebih luas bahwa risiko geopolitik yang relevan terhadap emas mengalami peningkatan signifikan tahun ini, sehingga mendorong alokasi lebih besar dari kalangan investor dan memperkuat momentum di antara bank sentral. Saat ini emas menjadi aset cadangan terbesar kedua di bank sentral setelah dolar,” tulis Christopher Louney, analis komoditas di RBC Capital Markets.
Sementara itu, dolar AS juga menguat pada awal sesi. Indeks dolar ICE terakhir tercatat naik 0,17 poin ke level 97,82. Imbal hasil obligasi pemerintah AS turut mengalami kenaikan, dengan obligasi dua tahun AS naik 2,3 basis poin ke 3,906%, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun naik 6,9 poin menjadi 4,42%.
- Emas Tetap Stabil,Disaat Tarif Memanas,Dan Dolar Menguat
Harga emas bergerak relatif stabil pada Kamis (10/7) di tengah menguatnya dolar AS, yang menyeimbangkan dorongan beli dari investor yang mencari lindung nilai akibat ketegangan geopolitik usai kebijakan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump.
Harga emas spot naik tipis 0,1% menjadi $3.317,44 per ons pada pukul 13.50 ET (17.50 GMT), sementara emas berjangka AS ditutup 0,1% lebih tinggi di $3.325,7 per ons.
Indeks dolar AS menguat 0,2%. Umumnya, penguatan dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan.
“Kecuali terjadi eskalasi geopolitik besar, saya tidak melihat emas menembus di atas $3.400 dalam waktu dekat. Saya perkirakan harga akan bergerak dalam rentang ini untuk sementara,” ujar Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures.
Trump pada Rabu mengumumkan tarif baru sebesar 50% untuk impor tembaga ke AS serta bea masuk 50% untuk barang-barang asal Brasil, yang akan berlaku mulai 1 Agustus.
Menurut Paul Wong, Market Strategist di Sprott Asset Management, kondisi ini turut meningkatkan daya tarik emas terutama di negara-negara berkembang yang menganggap emas sebagai aset bebas risiko counterparty di tengah tingginya ketidakpastian global.
Sementara itu, risalah rapat Federal Reserve bulan Juni menunjukkan hanya beberapa pejabat yang mempertimbangkan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Mayoritas pembuat kebijakan masih mewaspadai tekanan inflasi yang berpotensi meningkat akibat tarif tersebut.
Dari sisi data ekonomi, klaim pengangguran mingguan AS secara tak terduga turun, menandakan perusahaan masih menahan PHK meskipun pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pelemahan di sektor lain.
Pergerakan logam lainnya:
- Perak spot naik 1,5% menjadi $36,87 per ons. Wong menambahkan, “Menembus level $35 meningkatkan peluang menuju target $40.”
- Platinum naik 0,5% ke $1.353,55 per ons.
- Paladium melonjak 3,9% ke $1.148,43 per ons, menyentuh level tertinggi sejak 3 Juli.
Sumber: Reuters
- Harga Emas kembali Naik Ditengah Pasar Soroti Suku Bunga & Tarif Baru Trump
Harga emas masih berhasil mempertahankan kenaikan tipis pada Kamis (10/7), diperdagangkan di kisaran $3.318 per ons setelah naik 0,4% pada sesi sebelumnya. Pergerakan ini terjadi di tengah sorotan pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) serta ketidakpastian akibat rencana tarif baru dari Presiden AS, Donald Trump.
Apa yang terjadi?
Risalah rapat The Fed terbaru menunjukkan adanya perbedaan pandangan internal mengenai dampak tarif terhadap inflasi. Dari 19 pejabat The Fed, sebanyak 10 orang memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, sementara 7 pejabat lainnya tidak memperkirakan pemangkasan sama sekali, dan 2 pejabat memperkirakan hanya satu pemangkasan. Kondisi suku bunga yang lebih rendah cenderung mendukung harga emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil.Mengapa penting?
Ketegangan dagang kembali meningkat setelah Trump mengumumkan putaran tarif baru, termasuk tarif tinggi untuk Brasil. Meskipun risiko jangka pendek terlihat mereda, ketidakpastian jangka panjang tetap memicu investor memburu aset safe haven seperti emas. Di saat yang sama, imbal hasil obligasi AS turun setelah lelang obligasi 10 tahun mendapatkan minat yang kuat. Hal ini makin memperkuat daya tarik emas karena hasil obligasi yang lebih rendah menekan daya tarik alternatif investasi berbunga.Bagaimana dampaknya ke pasar?
Pada pukul 08:05 pagi waktu Singapura, harga emas spot tercatat naik tipis 0,1% menjadi $3.317,41 per ons, sementara indeks Dolar Bloomberg melemah 0,1%, mendukung daya beli emas secara global. Untuk logam mulia lainnya, harga perak dan platinum cenderung stagnan, sedangkan paladium sedikit melemah. Sepanjang tahun 2025, emas telah menguat sekitar 25%, didorong oleh kombinasi ketegangan perdagangan, konflik geopolitik, serta pembelian masif oleh bank sentral dunia. - Harga Emas Terkoreksi Ditengah Optimisme Tarif Dagang Trump
Harga emas melemah lebih dari 1% pada Selasa (8/7), tertekan oleh meningkatnya optimisme atas potensi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan mitra-mitra utamanya. Sentimen risk-on ini mengurangi permintaan aset safe haven, diperparah oleh penguatan dolar AS serta naiknya imbal hasil obligasi Treasury.
- Harga emas spot turun 0,8% menjadi USD 3.307,16 per ons pada pukul 13:49 EDT (17:49 GMT), setelah sebelumnya menyentuh level terendah dalam lebih dari satu pekan. Harga emas berjangka AS juga ditutup melemah 0,8% di USD 3.316,9.
Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun AS melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua pekan, membuat emas yang tidak menawarkan imbal hasil menjadi kurang menarik. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,1%.
Di Asia, Jepang dan Korea Selatan mengumumkan upaya negosiasi dengan AS untuk meredam dampak tarif tinggi yang direncanakan Presiden Donald Trump mulai awal Agustus. Trump sebelumnya memperingatkan 14 negara mengenai tarif baru, meski penetapannya mundur ke 1 Agustus, membuka ruang tiga pekan untuk diplomasi.
“Fokus pasar saat ini tertuju pada perdagangan menjelang batas waktu 9 Juli. Beberapa optimisme atas kesepakatan memicu sentimen risiko yang menekan harga emas,” kata Peter Grant, VP & senior metal strategist di Zaner Metals.
Dari sisi kebijakan moneter, pasar menanti risalah rapat terakhir Federal Reserve pada Rabu ini, serta sejumlah pidato pejabat The Fed untuk mendapatkan gambaran lanjutan terkait arah suku bunga. Hamad Hussain, ekonom Capital Economics, menilai tekanan inflasi akibat tarif dapat mendorong The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga tahun depan, yang juga berpotensi menahan laju emas.
Investor kini memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir tahun, dengan perkiraan dimulai pada Oktober.
Sementara itu, harga perak spot turun 0,3% ke USD 36,64 per ons, platinum turun 0,8% ke USD 1.359,90, dan paladium stabil di USD 1.111,36.
- Emas Tetap Stabil,Ditengah Tarif Baru AS Picu Ketegangan
Harga emas bergerak stabil pada perdagangan Selasa (8/7), setelah sebelumnya terkoreksi tajam. Ketahanan emas kali ini didorong oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketegangan dagang global, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait tarif baru sebesar 25% untuk Jepang dan Korea Selatan. Langkah ini membuat investor kembali melirik emas sebagai aset safe haven, meskipun penguatan dolar AS masih memberi tekanan pada harga logam mulia tersebut.
Apa yang terjadi?
Presiden Trump menyampaikan bahwa negara-negara Asia, termasuk Jepang dan Korea Selatan, akan dikenakan tarif impor sebesar 25% atas sejumlah barang yang masuk ke Amerika Serikat. Selain itu, tarif tambahan untuk mitra dagang lainnya juga akan diumumkan, kecuali jika negara-negara tersebut mencapai kesepakatan dengan AS. Namun, Trump memperpanjang batas waktu penerapan tarif hingga 1 Agustus, memberi waktu tambahan sekitar tiga minggu bagi negara-negara terdampak untuk merespons atau bernegosiasi.Mengapa penting?
Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS menjadi salah satu pemicu utama gejolak pasar global. Kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi dunia mendorong investor mencari instrumen perlindungan nilai seperti emas batangan. Meski sempat terkoreksi 1,2% di awal pekan, harga emas kembali stabil di level US$3.337,30 per ons pada pukul 07:15 waktu Singapura. Namun, penguatan dolar AS—yang biasanya membuat emas lebih mahal bagi pembeli internasional—membatasi ruang kenaikan harga lebih lanjut.Bagaimana dampaknya ke pasar logam mulia lain?
Pergerakan harga perak dan paladium relatif stabil, sementara platinum tercatat mengalami penurunan tipis. Indeks Bloomberg Dollar Spot yang sempat naik 0,5% pada Senin, turun 0,1% pada Selasa, mencerminkan tingginya volatilitas di pasar mata uang dan komoditas. Dengan ketegangan tarif serta dinamika geopolitik yang terus berkembang, harga emas diperkirakan tetap mendapat dukungan sebagai aset lindung nilai. - Harga Emas Berbalik Naik di Tengah Risiko Inflasi dan Ketegangan Geopolitik
Harga emas bergerak naik tipis setelah sempat terkoreksi pada sesi sebelumnya, dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, terkait risiko inflasi yang dapat memengaruhi perekonomian AS. Pada awal sesi Asia, emas batangan diperdagangkan di level sekitar $3.380 per ons, setelah sempat melemah 0,6% pada hari Rabu.
Meskipun The Fed memutuskan untuk tidak mengubah tingkat suku bunga dan tetap memproyeksikan dua kali pemangkasan bunga hingga akhir tahun, Powell mengingatkan bahwa risiko inflasi dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat tenaga kerja. Pembuat kebijakan juga merilis proyeksi ekonomi terbaru — pertama kali sejak Presiden Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran pada April — yang mengindikasikan pertumbuhan lebih rendah, inflasi lebih tinggi, dan tingkat lapangan kerja yang lebih rendah dari perkiraan.
Kenaikan signifikan dalam indeks harga konsumen dapat membatasi pelonggaran moneter yang dapat berdampak negatif bagi emas, mengingat logam mulia tidak memberikan bunga. Namun, emas terus mendapat dukungan dari ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah. Presiden Trump menilai bahwa Iran telah menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat kesepakatan terkait program nuklir, tetapi belum memberi sinyal apakah AS akan terlibat dalam aksi militer bersama Israel.
Kombinasi dari ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik, bersama dengan kuatnya pembelian dari bank sentral dan masuknya dana yang diperdagangkan di bursa, telah mendorong harga emas naik hampir 30% sepanjang tahun ini. Pada pukul 08:21 pagi waktu Singapura, harga emas spot naik 0,3% menjadi $3.378,59 per ons, dengan indeks Bloomberg Dollar Spot relatif stabil. Sementara itu, perak bergerak datar, sedangkan platinum dan paladium mencatatkan kenaikan.
- Pasar Bingung, Emas Naik Tipis di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Sinyal Pemangkasan Suku Bunga
Harga emas naik tipis didorong oleh meningkatnya permintaan safe haven akibat risiko perang yang lebih luas di Timur Tengah. Namun, sentimen ini dibayangi oleh data ekonomi AS yang lemah, yang memperkuat spekulasi akan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pada perdagangan hari Selasa, emas batangan bergerak di kisaran sempit di sekitar $3.390 per ons. Ketegangan meningkat seiring spekulasi bahwa Amerika Serikat akan ikut serta dalam serangan Israel terhadap Iran, setelah Presiden Donald Trump menggelar pertemuan darurat dengan tim keamanan nasionalnya di Washington.
Meningkatnya konflik memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Namun di sisi lain, laporan ekonomi AS yang lemah—termasuk data penjualan ritel, sektor perumahan, dan produksi industri—mendorong harapan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Meski begitu, lonjakan harga minyak akibat konflik di Timur Tengah dapat memicu inflasi baru, yang berpotensi menahan langkah pelonggaran moneter agresif dari The Fed. Penurunan suku bunga umumnya menguntungkan bagi emas, yang tidak memberikan bunga.
Sepanjang pekan lalu, logam mulia ini menguat hampir 4% setelah Israel memulai operasi militernya terhadap fasilitas nuklir Iran. Namun, setelahnya, pergerakan harga cenderung tertahan meskipun konflik terus berlangsung.
Dalam catatan terbarunya, Goldman Sachs menyatakan bahwa posisi spekulatif emas tetap rendah di tengah ketidakpastian makro. “Keraguan ini kemungkinan muncul karena investor merasa telah melewatkan reli awal,” ungkap mereka.
Secara tahunan, emas telah melonjak hampir 30% akibat ketegangan geopolitik, prospek perlambatan ekonomi global, serta meningkatnya pembelian oleh bank sentral. Saat ini, harga emas diperdagangkan sekitar $110 di bawah rekor tertinggi bulan April lalu.
Pada pukul 06:48 pagi waktu Singapura, harga emas spot naik 0,1% menjadi $3.390,83 per ons. Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,5% pada hari yang sama. Harga perak cenderung datar, sementara platinum dan paladium mengalami koreksi.
- Ancaman ke Teheran Dongkrak Harga Emas hingga $3.400 per Ons
Harga emas naik dalam perdagangan awal Asia pada Selasa (17/06), setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan evakuasi segera dari Teheran. Peningkatan ketegangan geopolitik ini mendorong investor untuk kembali melirik emas sebagai aset safe haven.
Emas batangan tercatat naik 0,4% menjadi $3.400 per ons, setelah sempat terkoreksi 1,4% pada hari Senin—penurunan harian terbesar dalam sebulan. Seruan evakuasi tersebut disampaikan Trump lewat media sosial, hanya beberapa jam setelah ia mendesak pemimpin Iran untuk menandatangani kesepakatan pembatasan program nuklir.
Logam mulia ini sebelumnya telah melonjak hampir 4% sepanjang pekan lalu, menyusul dimulainya kampanye militer Israel terhadap program nuklir Iran. Kekhawatiran akan konflik skala besar di kawasan tersebut serta potensi tekanan terhadap ekonomi global akibat kebijakan tarif Trump turut memperkuat tren naik harga emas.
Saat ini, harga emas berada sekitar $100 di bawah rekor tertingginya pada bulan April dan sedang menuju kenaikan bulanan keenam berturut-turut—yang berpotensi menjadi performa terbaik dalam dua dekade terakhir.
Per pukul 07:37 pagi waktu Singapura, harga spot emas naik 0,3% menjadi $3.395,46 per ons. Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot stabil. Harga perak turut naik, platinum cenderung stagnan, dan paladium justru mengalami penurunan.
- Harga Emas Mendekati Rekor Tertinggi, Didorong Ketegangan Geopolitik dan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga
Harga emas mendekati rekor tertingginya pada hari Senin (16/06), seiring meningkatnya konflik antara Israel dan Iran yang mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven.
Logam mulia tersebut sempat naik hingga 0,6% pada sesi pagi di Asia, diperdagangkan di kisaran $3.450 per ons—hanya sekitar $50 dari rekor tertingginya yang tercatat pada bulan April.
Ketegangan memuncak ketika kedua negara saling melancarkan serangan menggunakan rudal dan pesawat nirawak selama akhir pekan. Konflik ini turut mendorong lonjakan harga energi akibat kekhawatiran terhadap infrastruktur energi dan jalur transportasi di kawasan tersebut.
Peningkatan risiko geopolitik menambah dorongan terhadap reli harga emas yang sebelumnya sudah menguat akibat kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global, khususnya yang dipicu oleh kebijakan tarif agresif Presiden Donald Trump. Sejauh tahun 2025, harga emas telah naik lebih dari 30%, sebagian besar juga dipengaruhi oleh langkah bank sentral dunia dalam mendiversifikasi cadangan dari dolar AS.
Pada hari Jumat, emas mencatatkan kenaikan harian sebesar 1,4%, melanjutkan tren positif dua hari sebelumnya. Hal ini didorong oleh data inflasi AS yang melemah dan data ketenagakerjaan yang membuka peluang bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga pada akhir tahun.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi sentimen positif bagi emas batangan, karena emas tidak memberikan bunga, sehingga menjadi lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah.
Per pukul 07.10 pagi di Singapura, harga emas spot naik 0,4% menjadi $3.446,77 per ons. Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot menguat tipis 0,1% setelah mencatat penurunan 0,8% pada pekan sebelumnya. Harga perak tercatat stabil, sementara platinum dan paladium mengalami penguatan.
- Harga Emas Menguat Tipis, Pasar Fokus pada Dialog Dagang AS–Tiongkok
Harga emas mengalami kenaikan tipis pada Senin (9/5), didorong oleh pelemahan dolar AS. Para pelaku pasar terus mencermati perkembangan pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang sedang berlangsung.
Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,2% menjadi $3.354,9, sementara indeks dolar AS tercatat turun 0,3%.
Pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Tiongkok berlangsung di London, membahas tarif balasan yang diberlakukan pada produk masing-masing negara, serta berbagai pembatasan perdagangan lainnya. Bulan lalu, kedua pihak sepakat melakukan jeda sementara yang sempat memberikan angin segar bagi investor.
“Dalam jangka pendek, hasil positif dari pertemuan tersebut mungkin memberi sedikit tekanan pada harga emas, tetapi tidak signifikan,” ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Ia juga menambahkan bahwa prospek ekonomi yang lebih lemah, potensi penurunan suku bunga, dan menurunnya selera risiko investor cenderung mendorong minat terhadap emas. “Belum lagi ekspektasi inflasi yang terus meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, dari wilayah geopolitik, Rusia mengklaim telah menguasai sejumlah wilayah di Dnipropetrovsk, Ukraina timur-tengah. Kremlin menyatakan bahwa pertempuran ini sebagian dimaksudkan untuk menciptakan “zona penyangga.”
Dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang tidak pasti, emas semakin dilirik sebagai aset lindung nilai. Selain itu, dalam lingkungan suku bunga rendah, emas cenderung tampil lebih baik karena sifatnya sebagai aset non-yielding.
Investor kini menanti rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Jumat mendatang, yang akan menjadi indikator penting kondisi ekonomi AS dan arah kebijakan suku bunga The Fed.
Di sisi lain, data menunjukkan bahwa bank sentral Tiongkok menambah cadangan emasnya untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut pada Mei.
Harga spot logam mulia lainnya juga ikut menguat. Platinum naik 3,7% menjadi $1.212,82, menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021. Perak naik 2,1% menjadi $36,71 per ons, dan paladium menguat hampir 3% ke $1.077,64.
- Harga Emas Naik Tipis di Tengah Ketegangan Geopolitik Global
Harga emas mengalami kenaikan tipis pada awal perdagangan Asia hari ini. Lonjakan ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik yang berkepanjangan, yang biasanya mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Ketegangan kembali memanas setelah Rusia melancarkan serangan rudal dan drone ke Ukraina pada akhir pekan lalu, menewaskan sedikitnya tiga orang di Kyiv dan memicu kebakaran besar di berbagai titik ibu kota.
“Emas telah menunjukkan ketahanan dalam beberapa waktu terakhir,” ujar Barbara Lambrecht, analis dari Commerzbank Research, dalam laporan terbarunya. Menurutnya, potensi eskalasi konflik menjadi salah satu faktor utama yang mendorong harga emas.
Harga emas spot naik sebesar 0,1% menjadi USD 3.313,90 per ounce.
- Harga Emas Naik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Data Lemah AS
Harga emas naik hampir 1% pada hari Rabu (5 Juni), didorong oleh pelemahan dolar AS dan data ekonomi yang kurang menggembirakan. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global serta ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.
Harga emas spot tercatat naik 0,8% menjadi $3.378,22 per ons pada pukul 02:02 p.m. ET (1802 GMT), setelah sempat menguat hingga 1%. Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,7% ke level $3.399,20.
Indeks dolar AS (.DXY) turun 0,5%, menjadikan emas lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang non-dolar. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun mengalami penurunan tipis.
Tai Wong, pedagang logam independen, menyatakan, “Kontraksi sektor jasa AS — yang mewakili dua pertiga ekonomi — untuk pertama kalinya dalam setahun, telah mendorong harga emas naik. Meskipun laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan hasil lemah, emas tetap bertahan dan bahkan menguat.”
Ia menambahkan bahwa penutupan harga emas di atas $3.400 bisa membuka peluang menuju rekor tertinggi baru.
Data dari Institute for Supply Management menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) sektor non-manufaktur turun menjadi 49,9 pada Mei — posisi terendah sejak Juni 2024. Sementara itu, laporan ADP mencatat pertambahan tenaga kerja sektor swasta AS paling rendah dalam dua tahun terakhir.
Daniel Pavilonis, analis pasar senior di RJO Futures, menuturkan bahwa ketidakpastian geopolitik global — termasuk konflik di Rusia-Ukraina, Iran, Suriah, dan hubungan AS-Tiongkok — turut memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Komentar Presiden AS Donald Trump mengenai Presiden Tiongkok Xi Jinping yang “keras dan sulit diajak negosiasi” turut memperkeruh suasana, menyusul keputusan AS menggandakan tarif impor baja dan aluminium.
Semua perhatian kini tertuju pada laporan penggajian non-pertanian AS hari Jumat, yang diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan suku bunga Federal Reserve ke depan.
Harga logam mulia lainnya:
- Perak spot turun 0,1% menjadi $34,45
- Platinum naik 1,5% ke $1.089,99
- Paladium turun 1% ke $1.000,55
- Emas Terkoreksi Usai Trump Tunda Tarif ke Uni Eropa
Harga emas mengalami koreksi selama dua hari berturut-turut hingga Selasa (27/5), dipicu oleh membaiknya sentimen risiko global setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif terhadap Uni Eropa.
Penguatan dolar AS dan lonjakan indeks saham berjangka turut menekan harga emas. Kenaikan dolar serta meningkatnya selera risiko membuat emas, yang merupakan aset safe haven berdenominasi dolar, kurang diminati dalam kondisi ekonomi dan geopolitik yang lebih stabil.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan bahwa suku bunga sebaiknya tetap stabil hingga ada kejelasan mengenai dampak tarif yang lebih tinggi terhadap inflasi.
Pasar saat ini menantikan risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve terbaru yang dijadwalkan rilis pada hari Rabu. Selain itu, data ekonomi penting dari AS yang akan dirilis minggu ini antara lain estimasi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama, klaim pengangguran mingguan, dan indeks harga inti PCE.
- Harga Emas Melonjak Usai Ancaman Tarif Baru Trump, Investor Beralih ke Aset Aman
Harga emas naik lebih dari 2% pada Jumat (23/5) dan mencatatkan kinerja mingguan terbaiknya dalam enam minggu terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik, khususnya ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan memberlakukan tarif baru sebesar 50% terhadap Uni Eropa, serta pelemahan dolar AS.
Sepanjang pekan ini, harga emas batangan telah naik 5,1%, menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua minggu. Indeks dolar (.DXY) tercatat melemah 0,9%, yang membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang asing.
Sementara itu, DPR AS yang dikuasai oleh Partai Republik telah meloloskan RUU pajak dan belanja yang diperkirakan akan menambah triliunan dolar ke dalam tumpukan utang negara. Saat ini, total utang AS telah mencapai $36 triliun.
Pekan lalu, lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit tertinggi Amerika Serikat satu tingkat karena kekhawatiran terhadap tingginya beban utang tersebut. Ketidakpastian fiskal ini telah menekan selera risiko para investor, mendorong mereka untuk mencari perlindungan melalui aset seperti emas.
Emas tetap menjadi pilihan utama sebagai penyimpan nilai di tengah kondisi politik dan keuangan global yang tidak stabil.
- Harga Emas Menguat 2% Didorong Melemahnya Dolar dan Ketegangan Geopolitik
Isi Artikel:
Harga emas naik sebesar 2% pada hari Selasa (21/5), dipicu oleh pelemahan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik global.
Pelemahan dolar terjadi setelah Federal Reserve mengisyaratkan kehati-hatian terhadap prospek ekonomi AS, serta diturunkannya peringkat kredit Amerika Serikat oleh Moody’s dari Aaa menjadi Aa1, akibat meningkatnya beban utang negara tersebut.
Kondisi ini membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli internasional, sehingga meningkatkan permintaan terhadap logam mulia tersebut. Ketidakpastian kebijakan tarif di AS dan pemungutan suara mengenai rencana pemotongan pajak besar juga memperburuk sentimen pasar.
Di sisi lain, tensi geopolitik turut mendukung arus masuk ke aset safe haven seperti emas. Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa Ukraina dan Rusia akan segera memulai pembicaraan gencatan senjata, kemungkinan tanpa keikutsertaan AS. Selain itu, Uni Eropa dan Inggris memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia, yang semakin mempertegas ketegangan global.
Situasi ini mendorong investor mencari perlindungan pada emas batangan, yang dikenal sebagai aset aman di tengah ketidakpastian dunia.
- Harga Emas Naik Lebih dari 1% di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Koreksi Kredit AS
Harga emas (XAU/USD) melonjak lebih dari 1% pada hari Senin (19/5), ditopang oleh tiga faktor utama yang memengaruhi pasar global.
Pertama, ketegangan geopolitik kembali meningkat di Timur Tengah setelah Israel meluncurkan serangan darat besar-besaran. Aksi militer ini terjadi hanya beberapa hari setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, ke kawasan tersebut — meskipun kunjungan tersebut tidak mencakup Israel.
Faktor kedua berasal dari pasar obligasi. Beberapa dana pensiun dan investor pendapatan tetap melakukan penyesuaian portofolio setelah lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit utang negara AS pada Jumat malam, setelah pasar ditutup.
Faktor ketiga yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah ketidakpastian diplomatik. Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada perjanjian damai yang dapat dicapai tanpa keterlibatan langsung dirinya dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Keduanya dijadwalkan melakukan panggilan telepon pada hari Senin, yang berpotensi menjadi sentimen penekan jika terjadi terobosan damai.
Kondisi global yang tidak stabil ini mendorong investor untuk kembali mencari perlindungan pada aset safe haven seperti emas.
- Emas Kembali Menguat di Tengah Kekhawatiran Ekonomi dan Penurunan Peringkat Kredit AS
Harga emas kembali menguat setelah mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam enam bulan terakhir. Penguatan ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat serta defisit anggaran yang terus membesar.
Pada perdagangan awal sesi Asia, harga emas batangan naik hingga 1,3% dan mencapai sekitar $3.247 per ons. Kenaikan ini terjadi setelah lembaga pemeringkat Moody’s Ratings pada Jumat malam mengumumkan penurunan peringkat kredit utama pemerintah AS.
Moody’s menyatakan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya untuk mengurangi defisit anggaran secara efektif. “Meskipun kami mengakui kekuatan ekonomi dan keuangan AS yang signifikan, kami percaya hal itu tidak lagi sepenuhnya menyeimbangi penurunan indikator fiskal,” tulis Moody’s dalam pernyataannya.
Harga emas sendiri telah mengalami volatilitas dalam beberapa bulan terakhir. Pekan lalu, emas mencatat koreksi mingguan terbesar sejak November, seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik setelah reli tajam yang sempat mendorong harga ke $3.499 per ons, tertinggi sepanjang masa.
Secara keseluruhan, harga emas telah naik lebih dari 20% sepanjang tahun ini. Lonjakan ini ditopang oleh berbagai faktor seperti ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, ketegangan perdagangan, serta meningkatnya arus masuk ke instrumen investasi berbasis emas seperti Exchange-Traded Funds (ETF).
- Harga Emas Naik Imbas Dolar Melemah dan Ketidakpastian Global
Harga emas mencatat kenaikan lebih dari 1% pada Kamis (15/5), didorong oleh pelemahan dolar AS serta data ekonomi Amerika Serikat yang mengecewakan. Di sisi lain, ketidakpastian geopolitik akibat absennya Presiden Rusia Vladimir Putin dari pembicaraan damai turut meningkatkan minat terhadap aset safe haven seperti emas.
Indeks dolar (.DXY) turun 0,1%, sehingga membuat harga emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang asing.
Data ekonomi terbaru menunjukkan harga produsen AS secara tak terduga mengalami penurunan pada April, sementara pertumbuhan penjualan eceran juga melambat. Awal pekan ini, laporan inflasi konsumen juga menunjukkan kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan.
Kondisi ini memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan memangkas suku bunga pada bulan September mendatang. Suku bunga yang lebih rendah umumnya memperkuat daya tarik emas batangan, karena emas tidak memberikan imbal hasil secara langsung.
“Data hari Kamis memberikan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga, dan ekspektasi pasar pun kini lebih condong ke arah dovish,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Di ranah geopolitik, absennya Putin dari pembicaraan damai di Turki mengurangi harapan terhadap kemajuan diplomatik dengan Ukraina. Ia hanya mengirim tim negosiator lapis kedua, dan menolak tantangan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk hadir secara langsung.
Analis menyatakan bahwa para investor tetap bersikap hati-hati di tengah berlanjutnya ketegangan perdagangan global, meskipun terdapat kesepakatan tarif sementara selama 90 hari antara AS dan China.
- Harga Emas Menguat Usai Koreksi, Didorong Inflasi AS yang Lebih Rendah dan Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok
Harga emas dunia menguat pada Selasa (13/5) setelah mengalami koreksi tajam pada hari sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh aksi beli saat harga murah serta data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan pasar.
“Kami melihat adanya koreksi besar pada harga emas hari Senin, yang dipicu oleh kabar adanya kesepakatan antara AS dan China,” ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Meski demikian, Melek mencatat bahwa tarif atas China masih berada di angka 30%, yang dinilai cukup membebani perekonomian.
Pada hari Senin, AS dan Tiongkok mengumumkan penghentian sementara tarif selama 90 hari, hasil dari pembicaraan di Jenewa. AS akan memangkas tarif impor dari Tiongkok menjadi 30% dari sebelumnya 145%, sementara Tiongkok berjanji mengurangi bea masuk atas produk AS menjadi 10% dari 125%.
Sepanjang 2025, harga emas batangan mencetak beberapa rekor tertinggi. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, pembelian emas oleh bank sentral, ketegangan geopolitik, dan peningkatan investasi pada dana ETF berbasis emas.
Sementara itu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,2% pada bulan lalu, lebih rendah dibandingkan perkiraan ekonom sebesar 0,3%.
“Laporan ini memberikan sentimen positif bagi pasar logam mulia, karena inflasi yang terkendali tidak akan menghalangi The Fed untuk melanjutkan rencana pemangkasan suku bunga,” tulis Jim Wyckoff, Analis Senior di Kitco Metals.
Pasar kini memperkirakan Federal Reserve akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter pada bulan September mendatang.
- Harga Emas Terkoreksi Usai Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Memicu Reli Dolar
Harga emas dunia melemah lebih dari 3% pada hari Senin (waktu AS), didorong oleh meningkatnya minat risiko investor setelah pertemuan penting antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif bea masuk secara signifikan selama 90 hari ke depan.
Dalam pernyataan bersama, Washington dan Beijing menyepakati penurunan tarif dari 145% menjadi 30%, serta dari 125% menjadi 10%. Kesepakatan ini memicu optimisme pasar dan mendorong penguatan nilai tukar Dolar AS (USD).
Kenaikan Dolar AS tercermin dari lonjakan Indeks Dolar (DXY) sebesar 1,25% menjadi 101,74. Apresiasi Greenback ini turut menekan harga bullion, yang umumnya menjadi aset lindung nilai saat ketidakpastian meningkat. Akibatnya, harga emas terkoreksi hingga lebih dari USD 100 per troy ounce.
Faktor lain yang membebani logam mulia adalah naiknya imbal hasil obligasi (Treasury) AS dan berubahnya ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve. Para pelaku pasar kini memperkirakan The Fed hanya akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini, bukan tiga kali seperti perkiraan sebelumnya.
Perhatian investor kini tertuju pada rilis data ekonomi penting minggu ini, termasuk laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Selasa, serta Indeks Harga Produsen (PPI) dan Penjualan Ritel yang dijadwalkan menyusul.
- Harga Emas Stabil di Tengah Sikap Hati-hati The Fed Terhadap Suku Bunga
Harga emas bertahan dari tekanan koreksi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat belum terburu-buru dalam mengubah kebijakan suku bunga, meskipun ketegangan dagang antara Tiongkok dan AS terus berlangsung.
Powell menegaskan bahwa saat ini masih tepat untuk mempertahankan suku bunga pada level yang ada. “Kami berada di posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana situasi berkembang,” ujarnya dalam konferensi pers hari Rabu. Pejabat The Fed secara bulat memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%, yang berlaku sejak Desember lalu.
Powell juga memperingatkan bahwa “Jika kenaikan tarif yang besar terus berlanjut, hal ini berpotensi memicu lonjakan inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan angka pengangguran.”
Komentar Powell mendorong penguatan dolar AS, yang berdampak menekan harga emas karena komoditas tersebut dihargai dalam dolar. Emas sempat terkoreksi hingga 2,1% setelah adanya konfirmasi mengenai pembicaraan dagang antara Tiongkok dan AS, yang mengurangi daya tarik aset safe haven.
Meskipun demikian, emas telah mengalami kenaikan sekitar 28% sepanjang tahun ini, didorong oleh ketidakpastian pasar global akibat kebijakan perdagangan dan geopolitik yang agresif dari pemerintahan Trump. Harga emas batangan bahkan sempat menembus rekor di atas $3.500 per ons pada bulan April, sebelum terkoreksi dalam beberapa pekan terakhir. Permintaan spekulatif di Tiongkok dan aksi beli oleh sejumlah bank sentral turut memperkuat reli ini.
- Harga Emas Menguat Jelang Keputusan The Fed, Ketegangan Geopolitik dan Perdagangan Dorong Permintaan Aset Aman
Harga emas (XAU/USD) melonjak tajam pada hari Selasa (7 Mei 2025), didorong oleh memburuknya sentimen risiko global menjelang pengumuman kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan pada Rabu, serta konferensi pers oleh Ketua Jerome Powell.
Saat laporan ini ditulis, harga emas diperdagangkan di kisaran $3.396 per ons, naik 1,90% dalam sehari dan 4,5% sepanjang pekan ini. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah melemahnya Dolar AS (USD) dan meningkatnya ketidakpastian global.
Konflik geopolitik menjadi salah satu faktor utama. Ekspansi kampanye militer Israel di Gaza serta aktivitas milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas. Hal ini memperburuk sentimen pasar global, mendorong investor ke aset defensif seperti emas.
Di sisi lain, tensi perdagangan internasional kembali memanas. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 100% untuk film impor serta pembatasan terhadap produk farmasi asing. Komisi Eropa merespons dengan rencana tarif balasan terhadap barang-barang konsumen dan teknologi asal AS. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian rantai pasokan dan tekanan biaya yang mendorong investor mengalihkan portofolio ke emas sebagai lindung nilai sistemik.
Sementara itu, investor menantikan arahan kebijakan moneter dari The Fed. Meskipun suku bunga diperkirakan tetap, pernyataan Ketua Powell akan menjadi kunci, terutama jika mengindikasikan arah pemangkasan suku bunga pada akhir 2025.
Jika Powell tidak menyampaikan retorika hawkish, harga emas diperkirakan akan tetap menguat karena ekspektasi suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya peluang dalam menyimpan emas. Namun, jika terdapat kekhawatiran baru terhadap inflasi, kemungkinan koreksi harga dapat terjadi dalam jangka pendek.
Di pasar mata uang, indeks Dolar AS (DXY) melemah ke level 99,50, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga turun, keduanya turut mendukung kenaikan harga emas.
Situasi menjelang pengumuman The Fed ini menuntut kewaspadaan dari para pelaku pasar, mengingat potensi volatilitas tinggi dalam pergerakan intraday pasca-konferensi pers Powell.
- Harga Emas Melonjak Lebih dari 2% di Tengah Melemahnya Dolar dan Fokus pada Pertemuan The Fed
Harga emas (XAU/USD) menguat tajam lebih dari 2% pada perdagangan hari Senin, menyusul pelemahan Dolar AS (Greenback) meskipun data ekonomi menunjukkan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) masih solid. XAU/USD diperdagangkan di level $3.309 per ons, setelah sempat menyentuh posisi terendah harian di $3.237.
Kondisi pasar membaik setelah laporan dari Institute for Supply Management (ISM) menyatakan bahwa sektor jasa tetap tangguh, mencerminkan ketahanan ekonomi AS. Tekanan tambahan terhadap dolar muncul usai Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru dan menyuarakan pendapat bahwa Federal Reserve (The Fed) sebaiknya menurunkan suku bunga.
Trump juga menyatakan bahwa ia tidak akan mencopot Jerome Powell dari posisi Ketua The Fed sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026, serta menyebut bahwa AS sedang dalam negosiasi dengan banyak negara, termasuk Cina, dengan prioritas utama mencapai kesepakatan dagang.
Sementara itu, pelaku pasar kini menanti hasil pertemuan kebijakan moneter The Fed pada hari Rabu. Meskipun suku bunga diperkirakan tetap, investor akan mencermati konferensi pers Powell untuk mendapatkan sinyal arah kebijakan berikutnya. Proyeksi ekonomi terbaru The Fed baru akan dirilis pada pertemuan bulan Juni mendatang.
- Harga Emas Menguat Tipis di Tengah Tekanan pada Kontrak Berjangka Saham AS
Harga emas tercatat naik tipis pada sesi perdagangan Asia pagi ini, seiring dengan pelemahan pada kontrak berjangka indeks saham Amerika Serikat.
Menurut Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, pergerakan logam mulia ke depan kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh arah pasar ekuitas dan tingkat selera risiko investor.
“Emas, yang sebelumnya bertahan setelah menyentuh level tertinggi mendekati $3.500 per ons baru-baru ini, tampaknya sedang mencoba menemukan pijakannya kembali,” ujar Razaqzada melalui email. Ia menambahkan bahwa ada indikasi terjadinya aksi short-covering dalam pasar.
Hingga laporan ini diturunkan, harga spot emas naik 0,2% menjadi $3.247,66 per ons.
- Emas Terkoreksi Tiga Hari Beruntun di Tengah Prospek Pelonggaran Tarif AS-Tiongkok
Harga emas terkoreksi untuk hari ketiga berturut-turut akibat munculnya sinyal kemajuan dalam pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kondisi ini mengurangi minat investor terhadap aset safe haven seperti emas.
Harga emas batangan sempat turun hingga 0,6% sebelum diperdagangkan mendekati level $3.275 per ons. Televisi Sentral Tiongkok yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa pihak AS telah menghubungi Beijing melalui berbagai saluran diplomatik. Selain itu, pemerintahan Trump dikabarkan hampir mengumumkan tahap pertama kesepakatan dagang yang akan mencakup pengurangan sebagian tarif terhadap negara-negara tertentu, meredakan kekhawatiran atas prospek perdagangan global.
Pada hari Rabu, harga emas semakin menjauh dari rekor tertingginya yang dicapai minggu lalu, meski data menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2025. Ini merupakan kontraksi pertama sejak 2022, yang sebagian besar disebabkan oleh lonjakan impor menjelang tarif.
Kondisi tersebut meningkatkan spekulasi pasar bahwa The Fed akan melakukan pelonggaran moneter. Saat ini, pelaku pasar telah memperhitungkan kemungkinan empat kali pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 0,25 poin pada tahun ini untuk meredam risiko resesi.
Suku bunga yang lebih rendah umumnya berdampak positif bagi harga emas karena emas tidak memberikan imbal hasil bunga. Sepanjang tahun ini, emas telah mengalami kenaikan sekitar 25%, terutama didorong oleh tingginya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan AS.
Kenaikan ini juga ditopang oleh aliran dana ke Exchange Traded Fund (ETF) berbasis emas batangan, pembelian oleh bank sentral, serta meningkatnya minat spekulatif dari investor Tiongkok, meskipun konsumsi fisik di negara tersebut menurun.
Ke depan, pasar akan mencermati laporan ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis hari Jumat, sebagai petunjuk awal mengenai dampak kebijakan perdagangan terhadap perekonomian.
Pada pukul 08.05 pagi waktu Singapura, harga emas spot tercatat turun 0,5% menjadi $3.273,40 per ons. Sementara itu, Indeks Dolar Bloomberg mengalami sedikit kenaikan. Harga perak dan platinum relatif stabil, sedangkan paladium mencatatkan penurunan tipis.
- Harga Emas Terkoreksi Menjelang Rilis Data Ekonomi Utama AS
Harga emas (XAU/USD) memperpanjang koreksi ke level sekitar $3.315 pada sesi Asia Rabu pagi. Penurunan ini terjadi di tengah meredanya ketegangan perdagangan global dan membaiknya sentimen risiko di pasar keuangan.
Para pelaku pasar kini menantikan rilis sejumlah data ekonomi utama dari Amerika Serikat, termasuk Perubahan Ketenagakerjaan ADP, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), serta laporan awal Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama. Data ini dijadwalkan rilis pada hari Rabu waktu setempat dan diperkirakan akan menjadi penentu arah pasar berikutnya.
Presiden AS Donald Trump dikabarkan berencana melunakkan dampak kebijakan tarif otomotif dengan menghindari penumpukan bea masuk atas mobil impor dan menurunkan tarif pada suku cadang otomotif asing. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menambahkan bahwa mitra dagang utama telah mengajukan penawaran “sangat baik” untuk menghindari tarif tambahan.
Selain itu, keputusan untuk membebaskan beberapa barang AS dari tarif pembalasan menunjukkan sinyal positif dalam meredakan ketegangan dagang. Langkah-langkah ini turut menekan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Jateen Trivedi, VP Research Analyst di LKP Securities, menambahkan bahwa pelonggaran tensi global juga diperkuat oleh dimulainya kembali pembicaraan perdagangan antara AS dan sejumlah negara, serta meningkatnya optimisme terhadap potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Investor kini fokus pada laporan ketenagakerjaan AS bulan April yang akan dirilis hari Jumat. Pasar memperkirakan ekonomi AS akan menambah 130.000 lapangan kerja, dengan tingkat pengangguran tetap di level 4,2%.
Jika data tersebut lebih lemah dari ekspektasi, hal ini dapat menekan nilai Dolar AS (Greenback) dan justru memberi dorongan naik bagi harga emas dalam waktu dekat.
- Harga Emas Kembali Naik Setelah Koreksi, Investor Bidik Harga Murah
Harga emas berbalik arah dan menguat pada Senin (28/4), di tengah dimulainya perburuan harga murah. Fokus pasar saat ini tertuju pada perkembangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta sejumlah rilis data ekonomi.
Harga emas spot tercatat naik 0,4% menjadi $3.332,59 per ons pada pukul 12:09 siang ET (16:09 GMT), setelah sebelumnya sempat terkoreksi hingga 1,8% di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 1,4% menjadi $3.344,0.
“Kami mulai melihat tanda-tanda pertama kelelahan dalam aksi jual,” ujar Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, seraya menambahkan bahwa risiko penurunan harga emas saat ini sangat terbatas.
Menurut Ghali, investor Barat — khususnya trader diskresioner dan dana makro — telah kehilangan momentum dalam fase terakhir reli harga emas, sehingga aktivitas penjualan menjadi terbatas dan harga mulai naik kembali.
Sebelumnya, emas batangan — yang dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian politik dan keuangan — telah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di $3.500,05/oz pekan lalu.
Presiden AS Donald Trump menyatakan telah ada kemajuan dalam negosiasi dagang dengan Tiongkok. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Beijing, sementara Menteri Keuangan Scott Bessent juga tidak mengonfirmasi bahwa pembicaraan tarif sedang berlangsung.
“Selama belum ada pola yang jelas berupa titik tertinggi yang lebih rendah, titik terendah yang lebih rendah, serta perjanjian dagang yang nyata — bukan sekadar pernyataan politik — prospek harga emas mencetak rekor baru tetap terbuka,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com.
Di sisi lain, jajak pendapat Reuters menunjukkan risiko tinggi bahwa ekonomi global bisa tergelincir ke dalam resesi tahun ini.
Pasar juga menantikan sejumlah data penting pekan ini, termasuk laporan lowongan kerja AS (Selasa), Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Rabu), dan laporan penggajian nonpertanian (Jumat), yang akan menjadi indikasi dampak tarif terhadap ekonomi AS.
Sementara itu, harga perak spot tercatat melemah 0,1% menjadi $33,05 per ons. Platinum menguat 1,2% menjadi $983,0, sedangkan paladium stabil di $948,31.
- Harga Emas Menguat Usai Koreksi Tajam: Fokus Pasar pada Isu Perdagangan AS-Tiongkok
Harga emas kembali menguat pada Kamis (24/4), setelah mengalami koreksi lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Penguatan ini didorong oleh pelemahan dolar AS serta aksi beli investor yang memanfaatkan harga emas yang sempat terkoreksi. Fokus pasar saat ini tertuju pada perkembangan terbaru hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Harga emas spot naik 1,4% menjadi $3.333,90 per ons pada pukul 13:46 EDT (17:46 GMT). Sebelumnya, harga emas batangan sempat menyentuh rekor tertinggi $3.500,05 pada Selasa, didorong kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS. Namun, harga terkoreksi pada Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mencabut ancamannya terhadap ketua Federal Reserve dan terlihat melunak terhadap Tiongkok.
Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup naik 1,7% di level $3.348,60.
“Saat ini seluruh pasar hanya berbicara tentang satu hal: tarif. Tiongkok berperan sebagai pihak yang dirugikan, sehingga menekan dolar dan mendorong emas naik,” ujar Tai Wong, pedagang logam independen.
Wong menambahkan bahwa lonjakan harga emas hingga $3.500 dinilai terlalu cepat, sehingga koreksi menjadi bagian wajar dari tren naik. Ia memperkirakan harga akan bergerak sideways untuk beberapa waktu ke depan.
Di pasar lainnya, indeks saham bergerak bervariasi dan penguatan dolar mulai kehilangan momentum karena investor masih mencerna perubahan arah kebijakan Presiden Trump. Dolar yang lebih lemah dan meningkatnya sentimen risk-off biasanya membuat emas sebagai aset aman menjadi lebih menarik.
Tiongkok pun menyerukan agar semua tarif unilateral dari AS dibatalkan. Mereka juga menegaskan belum ada pembicaraan dagang terbaru, meski pihak Washington berkali-kali menyampaikan sebaliknya.
Dari sisi ekonomi domestik AS, data terbaru menunjukkan jumlah pengajuan klaim tunjangan pengangguran naik sedikit, namun pasar tenaga kerja masih dinilai cukup kuat, meski bayang-bayang dampak tarif tetap membayangi.
Harga logam lainnya:
- Perak spot turun 0,1% menjadi $33,51 per ons
- Platinum turun 0,1% menjadi $971,60
- Paladium naik 0,4% menjadi $947,93
- Harga Emas Terkoreksi 3% Usai Komentar Trump Soal The Fed dan Sinyal Positif dari China
Harga emas kembali mengalami koreksi pada Rabu (23/4), turun lebih dari 3% setelah Presiden Donald Trump menyatakan tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, serta memberi sinyal adanya kemajuan dalam pembicaraan tarif antara Amerika Serikat dan China. Sentimen pasar pun bergeser ke arah aset berisiko.
Harga emas spot turun 3% menjadi $3.281,60 per ons pada pukul 13:43 waktu ET (1743 GMT), setelah sempat menyentuh rekor tertinggi $3.500,05 di sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS turun 3,7% menjadi $3.294,10.
“Pasar mulai beralih dari ketegangan tarif. Sekarang terjadi rotasi besar dari aset safe haven ke saham-saham unggulan seperti Apple dan Tesla,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures.
Penguatan selera risiko dan menguatnya dolar AS terjadi setelah Trump meredam wacana pemecatan Jerome Powell, meski sebelumnya sempat mengkritik keras karena The Fed tidak menurunkan suku bunga.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyampaikan bahwa tarif yang terlalu tinggi antara AS dan China perlu diturunkan sebelum negosiasi dagang dapat dilanjutkan.
Emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, telah menguat lebih dari 26% sejak awal tahun 2025, didorong oleh pembelian dari bank sentral, kekhawatiran perang tarif, dan minat investasi yang tinggi.
“Secara teknikal, lonjakan tajam menuju $3.500 dan pembalikan harga yang cepat telah meningkatkan potensi koreksi lebih dalam dalam jangka pendek,” jelas Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Untuk logam mulia lainnya, perak naik 3% menjadi $33,48 per ons, platinum menguat 1,1% ke $969,10, dan paladium stabil di $935,59.
- Harga Emas Melemah Karena Aksi Ambil Untung, Dolar AS dan Ketegangan Geopolitik Tetap Jadi Sorotan
Harga emas (XAU/USD) pada hari Jumat (18/4) stabil setelah sebelumnya melemah dari rekor tertingginya di level $3.358 per troy ounce. Pelemahan ini dipicu oleh aksi ambil untung investor pasca-libur panjang Paskah.
Ketidakpastian geopolitik dan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump masih menjadi penopang harga emas, mengingat logam mulia ini dikenal sebagai aset safe haven. Namun, sentimen pasar kini juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter Federal Reserve.
Jerome Powell, Ketua The Fed, menunjukkan sikap hawkish dengan mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga pada Juni kemungkinan kecil terjadi. Pernyataan ini memperkuat posisi dolar AS (Greenback) dan memberikan tekanan tambahan terhadap harga emas. Powell juga mengingatkan potensi stagflasi, yakni kombinasi antara inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lemah.
Sementara itu, pasar masih menantikan pidato Mary Daly dari Federal Reserve yang dijadwalkan berlangsung Jumat malam. Volume perdagangan pada hari itu diprediksi lebih rendah karena libur Jumat Agung.
Menurut analis riset senior FXTM, Lukman Otunuga,
“Emas tetap didukung kuat oleh dolar yang lemah, ketidakpastian seputar pengumuman tarif, dan kekhawatiran akan resesi global.”
Data ekonomi AS terkini:
- Klaim Pengangguran Awal (12 April) turun ke 215 ribu, lebih rendah dari estimasi.
- Klaim Pengangguran Berkelanjutan naik ke 1,885 juta.
- Izin Bangunan naik 1,6% menjadi 1,482 juta.
- Pembangunan Perumahan menurun ke 1,324 juta.
Menurut CME FedWatch, pasar kini memprediksi penurunan suku bunga sebesar hampir 86 basis poin pada akhir 2025, dengan kemungkinan penurunan pertama pada Juli.
- Harga Emas Meroket! Investor Berburu Safe-Haven di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Harga emas kembali menguat di awal perdagangan Asia, didorong oleh lonjakan permintaan aset safe-haven setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, memperingatkan tentang meningkatnya risiko ekonomi global.
“Prospek emas tetap positif,” ungkap Quasar Elizundia, analis strategi di Pepperstone. “Kombinasi kuat faktor makroekonomi dan ketegangan geopolitik memperkuat nilai intrinsik emas sebagai penyimpan kekayaan dan aset diversifikasi di masa tidak menentu.”
Emas spot tercatat naik 0,3% ke level $3.350,88 per ons, setelah sempat menyentuh rekor intraday baru di $3.357,92 per ons, menurut data ICE. Jika tren ini berlanjut, proyeksi jangka menengah hingga panjang menunjukkan potensi kenaikan hingga $3.734 per ons.
- Emas Tembus $3.065 Akibat Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok
Harga emas melonjak lebih dari 3%, menembus level $3.065 per ons pada Rabu (9/4), didorong oleh meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali memicu minat terhadap aset safe haven.
Lonjakan harga ini terjadi setelah mantan Presiden Donald Trump mengumumkan melalui Truth Social bahwa ia akan memberlakukan penundaan tarif selama 90 hari dan pemotongan tarif timbal balik sebesar 10% untuk semua negara — kecuali Tiongkok. Dalam pernyataan yang sama, Trump juga menyebut bahwa tarif impor dari Tiongkok akan dinaikkan menjadi 125%.
Tak lama kemudian, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menjelaskan bahwa tarif 10% tersebut hanya berlaku selama negosiasi berlangsung, dan tidak mencakup tarif untuk Tiongkok maupun sektor-sektor industri tertentu. Sebagai balasan, pemerintah Tiongkok mengumumkan tarif baru atas barang-barang AS, meningkat drastis dari 34% menjadi 84%. Sementara itu, Uni Eropa menyetujui tarif pembalasan senilai €21 miliar terhadap produk-produk impor asal AS.
Di saat yang sama, investor juga mencermati risalah pertemuan FOMC terbaru, yang menyebutkan bahwa tarif yang meningkat diperkirakan akan mendorong inflasi tahun ini, meski terdapat ketidakpastian soal seberapa besar dan bertahannya dampak tersebut.
Menambah dorongan positif terhadap harga emas, World Gold Council melaporkan bahwa ETF berbasis emas mencatat arus masuk sebesar 226,5 metrik ton pada kuartal pertama, dengan total nilai mencapai $21,1 miliar.
- Tarif Dagang AS-Tiongkok Bayangi, Harga Emas Pangkas Kenaikan
Harga emas memangkas kenaikan awalnya dan diperdagangkan nyaris stagnan di kisaran $2.980 per ons pada Selasa (8/4), setelah sempat menguat di sesi sebelumnya. Tekanan datang dari kenaikan imbal hasil obligasi AS (Treasury) yang meredam daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik baru, setelah seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan tetap menerapkan tarif hingga 104% atas impor dari Tiongkok mulai tengah malam. Padahal sebelumnya, pelaku pasar sempat optimis terhadap peluang kemajuan dalam negosiasi perdagangan.
Menteri Keuangan AS, Bessent, mengungkapkan bahwa lebih dari 70 negara telah menghubungi Gedung Putih terkait isu perdagangan, dengan sejumlah kesepakatan potensial dalam pembahasan. Di tengah ketidakpastian tersebut, permintaan aset safe haven dan ekspektasi suku bunga rendah tetap menjadi penopang fundamental harga emas.
- Harga Emas Anjlok Tajam! Investor Pilih Dolar di Tengah Ketegangan Perang Dagang
Harga emas global jatuh lebih dari 2% pada hari Senin (08/4), seiring para investor beralih ke dolar AS sebagai aset aman setelah kebijakan tarif baru Amerika Serikat memicu kekhawatiran akan potensi resesi global.Harga emas spot merosot 2,4% menjadi $2.963,19 per ons, setelah sempat menyentuh level terendah dalam hampir empat minggu di $2.955,89. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup turun 2% di $2.973,60.
“Investor saat ini cenderung beralih ke uang tunai serta aset aman lain seperti franc Swiss dan yen Jepang, di tengah gejolak pasar dan risiko koreksi lebih dalam,” kata Nikos Tzabouras, analis di Tradu.com.
Penguatan dolar AS turut menekan harga emas, karena membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Di sisi lain, tekanan juga datang dari para spekulan yang harus menutup posisi mereka karena masalah likuiditas dan margin, menurut Bart Melek dari TD Securities.
Sementara itu, kekhawatiran pasar makin dalam setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan kemungkinan kenaikan tarif hingga 50% terhadap Tiongkok. Namun, laporan yang menyebutkan adanya rencana jeda tarif selama 90 hari dibantah oleh Gedung Putih sebagai “berita palsu”.
Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS sebesar 120 basis poin pada Desember, dengan peluang pemangkasan pada Mei mencapai 37%.
Meskipun harga emas menurun, para analis masih optimistis terhadap emas batangan karena prospek ekonomi yang penuh ketidakpastian.
Sementara itu, harga perak spot naik 0,5% ke $29,71 per ons. Platinum turun 1% menjadi $907,09 dan paladium merosot 0,9% ke $903,19.
- Harga Emas Turun Pasca Mencapai Rekor Tertinggi
– Aksi Jual Meluas Akibat Kebijakan Tarif Impor AS
Harga emas mengalami koreksi tajam pada Kamis (4/4) setelah sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penurunan ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran di pasar keuangan akibat kebijakan tarif impor Presiden AS, Donald Trump.
Harga emas spot turun 0,85% menjadi $3.106,99 pada pukul 01:47 EDT (17:47 GMT) setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi $3.167,57 di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup melemah 1,4% di level $3.121,70.
Para analis menyebut aksi ambil untung serta margin call di berbagai kelas aset menjadi pemicu investor melepas kepemilikan emas guna menutup kerugian.
“Ketika pasar mengalami aksi jual karena tekanan deleveraging, investor cenderung mencari peluang beli saat harga turun,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam di Zaner Metals. “Orang-orang menjual aset yang menguntungkan untuk menutupi margin, tetapi dalam jangka panjang emas tetap menjadi tempat berlindung yang aman.”
Kebijakan tarif Trump memicu kepanikan di pasar keuangan, menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global. Meski demikian, tren kenaikan emas masih terlihat kokoh, dengan harga yang telah melonjak lebih dari $500 sejak awal tahun.
David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, menyebut pergerakan ini sebagai “retracement” dalam tren naik jangka panjang.
Bank-bank sentral diperkirakan akan terus menopang reli emas dengan meningkatkan pembelian sebagai upaya diversifikasi cadangan dari dolar AS. HSBC memperkirakan harga emas rata-rata akan berada di kisaran $3.015 pada akhir 2025.
Selain emas, harga perak juga anjlok 5,9% menjadi $32,01, terendah sejak 4 Maret, akibat kekhawatiran terhadap permintaan industri. Platinum turun 3,2% ke $951,87, sementara paladium melemah 4,2% menjadi $929,43.
“Perak lebih rentan terhadap fluktuasi pasar mengingat penggunaannya di sektor industri,” kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures.
- Harga Emas Mendekati Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Perang Dagang
Permintaan Aset Safe Haven Melonjak di Tengah Ketidakpastian Global
Harga emas terus mendekati rekor tertinggi akibat meningkatnya kekhawatiran investor terhadap perang dagang yang semakin meluas. Ketegangan meningkat setelah Presiden Donald Trump menerapkan tarif 25% pada impor mobil, yang berpotensi memperburuk hubungan perdagangan global.
Pada Kamis (27/3), harga emas diperdagangkan hanya $5 di bawah rekor sepanjang masa $3.059,63 per ons, mencatat kenaikan mingguan keempat berturut-turut. Para investor semakin beralih ke emas sebagai aset safe haven, terutama setelah Trump mengancam akan memberikan sanksi lebih berat kepada Uni Eropa dan Kanada jika mereka bersatu melawan kebijakan perdagangan AS.
Selain itu, Gedung Putih bersiap mengenakan tarif timbal balik mulai 2 April, meski cakupan kebijakan ini masih belum jelas. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi pasar global, yang berdampak langsung pada lonjakan permintaan emas.
Di sisi lain, ekonomi AS sebenarnya tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat, meskipun tingkat inflasi direvisi lebih rendah. Namun, ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi tetap menjadi pendorong utama kenaikan harga emas, yang sudah melonjak sekitar 16% sepanjang tahun ini.
Prediksi Harga Emas Meningkat
Beberapa bank besar telah menaikkan perkiraan harga emas. Goldman Sachs Group Inc. kini memproyeksikan harga emas mencapai $3.300 per ons pada akhir tahun 2025, didorong oleh pembelian bank sentral yang kuat dan meningkatnya arus masuk dana ke ETF berbasis emas.Selain emas, harga perak juga mendekati level tertinggi sejak 2012, seiring meningkatnya permintaan sebagai aset lindung nilai. Situasi pasar yang ketat, ditambah kekhawatiran tarif, telah menyebabkan perpindahan besar stok perak dari London ke AS, semakin mendorong harga naik.
Kesimpulan
Ketegangan perang dagang, kebijakan tarif AS, dan permintaan aset safe haven menjadi faktor utama yang mengerek harga emas dan perak ke level tertinggi dalam sejarah. Pasar kini menanti dampak lebih lanjut dari kebijakan perdagangan yang akan datang. - Harga Emas Stabil Dekat $3.020 di Tengah Penguatan Dolar AS
Dampak Tarif Trump dan Kebijakan The Fed
Harga emas tetap stabil pada perdagangan Amerika Utara, meskipun Dolar AS menguat menyusul komentar terbaru dari Gedung Putih terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di $3.019, nyaris tak berubah. Indeks Dolar AS (DXY) yang sempat turun ke 104,18, berhasil bangkit dan naik 0,32% ke 104,55 setelah kabar bahwa Trump akan mengumumkan tarif mobil sekitar pukul 22:00 GMT.
Meskipun logam mulia sempat tertekan, harga emas tetap bertahan di atas level support $3.000, memberikan harapan bagi investor yang mengincar kenaikan lebih lanjut.
Dampak Ekonomi dan Kebijakan The Fed
Di sisi ekonomi, Pesanan Barang Tahan Lama AS untuk Februari menunjukkan hasil yang kuat, naik 0,9% MoM, jauh melampaui ekspektasi penurunan 1%. Sementara itu, pesanan inti (tanpa transportasi) juga melonjak 0,7% MoM, mengindikasikan investasi bisnis yang tetap tangguh.
Dari sisi kebijakan moneter, beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) memberikan pernyataan penting:
- Alberto Mussalem (Fed St. Louis) menyebut pasar tenaga kerja hampir mencapai lapangan kerja penuh dan menilai kebijakan moneter saat ini sudah sesuai. Namun, ia mengingatkan bahwa inflasi masih berisiko bertahan di atas 2%.
- Neel Kashkari (Fed Minneapolis) optimis bahwa dalam 1-2 tahun ke depan, The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga, meskipun tantangan kebijakan tetap ada.
- Raphael Bostic (Fed Atlanta) hanya mendukung satu kali pemotongan suku bunga tahun ini dan memperkirakan inflasi baru akan kembali ke target pada 2027.
Pasar keuangan kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 64,5 basis poin pada 2025 berdasarkan proyeksi Prime Market Terminal.
Fokus Data Selanjutnya: Inflasi PCE
Para pelaku pasar kini menantikan rilis data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Inti, indikator inflasi favorit The Fed, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 4,338%, sementara imbal hasil riil turun 1 basis poin ke 1,973%, menunjukkan ketahanan pasar di tengah spekulasi suku bunga.
- Harga Emas Sentuh $3.018, Dolar AS Melemah. Kekhawatiran Stagflasi dan Kebijakan The Fed Jadi Sorotan
Harga emas terus mengalami kenaikan pada Selasa seiring dengan melemahnya Dolar AS dan turunnya imbal hasil riil AS. Logam mulia ini menguat 0,26 persen ke $3.018, didorong oleh lonjakan ekspektasi inflasi akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Kepercayaan Konsumen Turun Tajam
Laporan Conference Board menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke level 92,9, terendah dalam empat tahun terakhir. Sentimen negatif ini semakin memperkuat kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi dan inflasi yang terus berlanjut.Sinyal dari Federal Reserve
- Gubernur Adriana Kugler menyoroti kenaikan inflasi barang dan tanda-tanda percepatan di beberapa sektor.
- Presiden The Fed New York, John Williams, menekankan bahwa ketidakpastian ekonomi semakin meningkat bagi rumah tangga dan perusahaan.
- Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, hanya mendukung satu kali pemotongan suku bunga di 2025 dan memperkirakan inflasi baru akan kembali ke target pada 2027.
Dampak di Pasar
- Imbal hasil obligasi AS (T-note) 10 tahun turun ke 4,308 persen.
- Indeks Dolar AS (DXY) melemah 0,15 persen ke 104,15.
- Pasar keuangan memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh The Fed hingga 64,5 basis poin pada 2025.
Bagaimana prospek emas ke depan?
Sumber : www.kp-press.com - Harga Emas Tertekan! Dolar AS & Imbal Hasil Treasury Naik, Logam Mulia Kehilangan Kilau
Harga emas melemah tiga hari berturut-turut, terbebani oleh penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS. Sentimen pasar membaik setelah laporan bahwa kebijakan tarif AS hanya akan menargetkan beberapa mitra dagang tertentu, bukan secara luas.
Pasar Wall Street menguat, sementara emas tertahan di tengah tekanan dari kenaikan imbal hasil Treasury 10 tahun yang mencapai 4,331%. Indeks Dolar AS (DXY) juga naik 0,20% ke 104,35, semakin memperberat laju emas.
Data ekonomi menunjukkan PMI Manufaktur AS anjlok dari 52,7 ke 49,8, mengindikasikan kontraksi. Namun, sektor jasa justru melonjak dari 51,0 ke 54,3, mencerminkan momentum pertumbuhan.
Sementara itu, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic memperkirakan inflasi tetap bergelombang dan tidak akan kembali ke target hingga 2027, serta hanya mendukung satu kali pemotongan suku bunga tahun ini. Pasar uang kini memperkirakan pelonggaran 62,5 basis poin oleh The Fed pada 2025.
Akibat kombinasi faktor ini, harga emas kini mendekati $3.000 per ons, mencerminkan ketidakpastian pasar global.
- Harga Emas Berfluktuasi, Tetapi Bersiap Untuk Kenaikan Mingguan
Harga emas melemah untuk hari kedua berturut-turut, namun masih mencatatkan kenaikan mingguan di tengah sentimen pasar yang beragam. Pada perdagangan Jumat, harga emas spot (XAU/USD) turun 0,81% menjadi $3.019 akibat penguatan Dolar AS dan aksi ambil untung oleh investor menjelang akhir pekan.
Meskipun pasar ekuitas AS memangkas sebagian kerugian, emas tetap dalam posisi defensif seiring dengan kenaikan Indeks Dolar AS (DXY) ke 104,05 atau naik 0,24%. Di sisi lain, imbal hasil Treasury AS 10 tahun juga meningkat tipis ke 4,246%, menekan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
Pernyataan pejabat Federal Reserve (The Fed) menjadi sorotan utama pasar. Presiden Fed New York, John Williams, menegaskan bahwa target inflasi 2% tetap menjadi prioritas, sementara Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menekankan perlunya kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi. Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, meskipun proyeksi terbaru masih menunjukkan dua kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025.
Ketidakpastian geopolitik turut membayangi pasar, terutama setelah Israel meningkatkan serangan terhadap Hamas di Gaza, membatalkan gencatan senjata yang sebelumnya berlangsung selama dua bulan.
Secara keseluruhan, investor masih mencermati dampak kebijakan perdagangan AS dan ketidakpastian global terhadap prospek ekonomi. Dengan The Fed yang tetap bersikap hati-hati dalam kebijakan moneter, dinamika pasar emas kemungkinan akan terus berfluktuasi dalam beberapa pekan mendatang.
Sumber : www.kp-press.com
- Emas Berjuang Stabil di Tengah Keputusan Fed dan Ketegangan Geopolitik
Harga emas mengalami penurunan tipis pada Kamis, 20 Maret 2025, seiring dengan jeda yang diambil investor untuk menilai keputusan terbaru Federal Reserve (Fed) dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Pasangan XAU/USD diperdagangkan di level $3.042, turun lebih dari 0,19%. Meskipun Fed mempertahankan suku bunga tetap di kisaran 4,25%–4,50% untuk pertemuan kedua berturut-turut, trader emas kesulitan mendorong harga lebih tinggi.
Sentimen pasar berubah hati-hati seiring dengan pemulihan Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan penguatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama. Analis mencatat bahwa meskipun Fed memberi sinyal perlambatan dalam pengetatan kuantitatif, risiko geopolitik masih menjadi bayang-bayang yang mengganggu, membuat investor tetap waspada.
Interaksi antara kebijakan moneter dan ketidakpastian global telah menciptakan lanskap yang kompleks bagi emas, yang secara tradisional dianggap sebagai aset safe-haven. Sementara dunia menantikan langkah selanjutnya dari Fed dan memantau perkembangan di Timur Tengah, perjuangan emas menuju stabilitas tetap menjadi sorotan utama bagi trader dan investor
Sumber : www.kp-press.com
- Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Usai Keputusan FOMC, Melesat ke $3.052 Fed Tahan Suku Bunga
Harga emas melonjak tajam ke level tertinggi sepanjang masa di $3.052 per ons pada hari Rabu (20 Maret 2025) setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara pasca keputusan FOMC untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%. Saat ini, harga emas (XAU/USD) berfluktuasi di antara $3.035-$3.050, naik 0,20%.
Federal Reserve juga mengumumkan akan mengakhiri kebijakan neraca pada April 2025, serta memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Namun, inflasi tetap “agak tinggi,” sementara ekonomi AS diprediksi melambat di bawah 2%, dipicu kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.
Ketegangan geopolitik turut mendorong kenaikan harga emas. Konflik antara Rusia-Ukraina masih berlanjut, sementara ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah serangan udara Israel menewaskan 400 orang.
Di pasar keuangan, imbal hasil obligasi AS (T-note 10 tahun) turun ke 4,254%, sedangkan Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,27% ke level 103,54. Penurunan imbal hasil riil AS turut memperkuat reli emas.
📊 Proyeksi Ekonomi Federal Reserve:
✅ Suku bunga diperkirakan 3,9% di 2025, 3,4% di 2026, dan 3,1% di 2027
✅ Pertumbuhan ekonomi AS turun ke 1,7% pada 2025
✅ Tingkat pengangguran stabil di 4,3%-4,4% hingga 2027
✅ Inflasi PCE turun bertahap menuju target 2% pada 2027Dengan ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed sebesar 65,5 basis poin, pasar uang semakin memperhitungkan tren bullish bagi emas.
sumber : www.kp-press.com - Harga Emas Sentuh Rekor $3.038: Gejolak Geopolitik & Ekspektasi Fed Memicu Reli
Harga emas melonjak menembus angka psikologis $3.000 dan mencetak rekor tertinggi di $3.038 pada hari Selasa. Lonjakan ini didorong oleh ketidakpastian global, termasuk kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang akan diberlakukan pada 2 April, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina.
Saat ini, XAU/USD diperdagangkan di $3.037, naik 1,20%. Sentimen pasar masih bergejolak, meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui gencatan senjata selama 30 hari terhadap fasilitas energi Ukraina. Sementara itu, konflik Israel-Hamas kembali memanas setelah serangan Israel di Gaza menewaskan lebih dari 400 orang, mengancam kelangsungan gencatan senjata dua bulan terakhir.
Dari sisi ekonomi, data AS menunjukkan Produksi Industri tumbuh 0,7% MoM pada Februari, melampaui ekspektasi 0,2%, didorong oleh lonjakan produksi kendaraan bermotor. Namun, sektor perumahan menunjukkan tren beragam—Izin Bangunan turun 1,2%, sedangkan Pembangunan Perumahan melonjak 11,2%, mencerminkan kekuatan dalam aktivitas konstruksi.
Ekspektasi terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) turut memengaruhi pergerakan emas. Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, pasar memperkirakan 66% peluang bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada Juni 2025. Hal ini menyebabkan imbal hasil Treasury AS turun ke 4,183%, sementara Indeks Dolar AS (DXY) melemah 0,17% ke 103,23.
Penurunan imbal hasil riil AS, yang diukur dengan TIPS Treasury 10 tahun, semakin memperkuat reli emas, dengan imbal hasil turun ke 1,985%. Pasar uang kini memperkirakan 61 basis poin pelonggaran suku bunga oleh Fed sepanjang 2025, yang semakin mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Sumber : www.kp-press.com
- Emas Bertahan di $3.000 Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Harga emas melonjak dan bertahan di level $3.000 untuk hari kedua berturut-turut pada Senin, didorong oleh perlambatan ekonomi AS menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
The Fed dan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan bersidang pada Selasa dan Rabu, dengan fokus pasar tertuju pada Dot Plot, yang mencerminkan pandangan para anggota FOMC terhadap kebijakan suku bunga ke depan.
Meskipun tidak ada perubahan suku bunga yang diharapkan, spekulasi terkait pemangkasan suku bunga pada Mei atau Juni terus berfluktuasi.
Faktor lain yang menopang harga emas adalah turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS serta melemahnya Dolar AS. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun menjadi 4,308%, sementara Indeks Dolar AS (DXY) melemah 0,35% ke level 103.
Sumber : www.kp-press.com - ATH Baru, Emas $3.000didorong aksi belanja besar-besaran bank sentral
Emas mencatatkan level tertinggi sepanjang masa $3.004 per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah, karena tarif Presiden Donald Trump terhadap mitra dagang utama mengguncang pasar keuangan dan mendorong investor ke aset safe haven untuk melindungi diri dari inflasi tinggi dan kemungkinan resesi.
Harga emas ditutup pada hari Jumat (14/3) pada $2.982 per ons, setelah naik 13,6% sepanjang tahun ini.
Pergerakan terbaru terjadi karena pasar saham AS kehilangan $5 triliun dalam tiga minggu karena perang dagang Trump menimbulkan kekacauan, kebingungan, dan ketidakpastian.
Bank-bank sentral membeli 18 metrik ton emas pada bulan Januari, dengan Bank Rakyat Tiongkok melaporkan pembelian bersih bulan ketiga berturut-turut, menurut World Gold Council.
Bank-bank sentral menambahkan 1.045 metrik ton ke cadangan emas global tahun lalu, kata laporan dewan, tahun ketiga berturut-turut pembelian mencapai lebih dari 1.000 ton. - Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Mendekati $3.000
Ketegangan Perdagangan dan Kebijakan The Fed Dorong Reli Emas
Harga emas melonjak tajam pada Kamis, mencetak rekor tertinggi baru di angka $2.989 per troy ounce, hanya selangkah menuju level psikologis $3.000. Logam mulia ini menguat sebesar 1,86% seiring meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan spekulasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Presiden AS Donald Trump kembali memanaskan perang dagang dengan menerapkan tarif impor yang fluktuatif terhadap sekutu dan rival dagang AS. Hal ini membuat investor beralih ke aset safe haven seperti emas dan Yen Jepang (JPY), di tengah aksi jual besar-besaran di pasar ekuitas.
Di sisi makroekonomi, data inflasi di tingkat produsen tetap lemah, sementara klaim tunjangan pengangguran AS justru menurun. Meski demikian, tarif impor baru AS diprediksi dapat memicu lonjakan inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) menguat 0,27% ke level 103,85, sementara imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun ke 4,270%. Data ekonomi dari Universitas Michigan mengenai sentimen konsumen bulan Maret dan keputusan kebijakan moneter The Fed pekan depan menjadi fokus utama para pelaku pasar.
Dengan harga emas yang terus naik meski dolar menguat, investor semakin yakin bahwa permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai masih akan berlanjut.
Sumber : www.kp-press.com - Emas Menguat Meski Dolar AS Kokoh di Tengah Laporan CPI yang Melemah
Harga emas mengalami kenaikan pada akhir sesi Amerika Utara, meskipun Dolar AS menguat dan imbal hasil obligasi Treasury meningkat pada hari Rabu. XAU/USD naik 0,63% menjadi $2.933 setelah laporan inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan.
Inflasi AS Lebih Rendah, Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga
Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk Februari naik 2,8% YoY, lebih rendah dari ekspektasi 2,9% dan turun dari 3,0% di Januari. IHK inti juga melandai dari 3,3% ke 3,1%, mengindikasikan tren disinflasi.Data ini meningkatkan kemungkinan Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga tiga kali pada 2025. Namun, Ketua Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak akan mengambil keputusan hanya berdasarkan data satu bulan.
Dolar dan Imbal Hasil Treasury Naik, Tapi Emas Tetap Tangguh
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik tiga basis poin menjadi 4,314%, sementara Indeks Dolar AS (DXY) menguat 0,14% menjadi 103,55. Meski demikian, harga emas tetap stabil karena meningkatnya permintaan aset safe haven.Tarif Impor AS Berlaku, Bank Sentral Dunia Tambah Cadangan Emas
Pada hari Rabu, tarif impor AS sebesar 25% untuk baja dan aluminium mulai berlaku, bagian dari strategi Donald Trump untuk menekan defisit perdagangan.Di sisi lain, permintaan emas global tetap kuat, dengan Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) dan Bank Nasional Polandia (NBP) menambah masing-masing 10 dan 29 ton emas dalam dua bulan pertama 2025, menurut laporan World Gold Council (WGC).
Emas Siap Uji Level $2.950
Dengan latar belakang ini, emas berpotensi menguji level $2.950. Pelaku pasar kini menanti rilis Indeks Harga Produsen (PPI) AS, data Klaim Pengangguran Awal, dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) sebagai indikator arah kebijakan moneter selanjutnya.
Sumber : www.kp-press.com - Harga emas melonjak di atas $2910Karena perang dagang memicu permintaan emas
Emas (XAU) menguat pada hari Selasa karena perang dagang memacu permintaan logam kuning tersebut karena daya tariknya sebagai aset safe haven. Data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang optimis diabaikan oleh para pedagang, yang terus menumpuk emas batangan. XAU/USD diperdagangkan pada $2.917, naik lebih dari 1%.
Sentimen baru-baru ini membaik karena Kanada dan AS mengurangi ancaman pengenaan tarif. Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi di AS memberikan tekanan ke bawah pada imbal hasil Treasury AS dan Greenback, yang merupakan pendorong bagi harga emas batangan.
Sementara itu, tarif perdagangan Trump pada impor aluminium dan baja akan mulai berlaku pada hari Rabu. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan bahwa lowongan pekerjaan meningkat pada bulan Februari.
Berita terbaru dari Arab Saudi mengungkapkan bahwa Ukraina siap menerima proposal gencatan senjata, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengungkapkan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menambahkan, “Kini AS harus meyakinkan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata.”
Hal ini dapat menjadi penghambat harga Emas, yang cenderung naik karena ketegangan geopolitik yang tinggi dan ketakutan akan resesi.
Sementara itu, pedagang XAU/USD mengamati rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) di AS pada hari Rabu, diikuti oleh rilis Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Kamis.
Harga emas tidak terpengaruh oleh imbal hasil AS yang tinggi
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun pulih dan naik enam basis poin menjadi 4,282% karena pedagang mengamati pemotongan suku bunga Fed.Imbal hasil riil AS, yang diukur dengan imbal hasil Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury AS 10 tahun yang berkorelasi terbalik dengan harga Emas, naik lima setengah basis poin menjadi 1,963%, penghambat bagi logam yang tidak memberikan imbal hasil. Model Atlanta Fed GDP Now memprediksi kuartal pertama tahun 2025 pada -2,4%, yang akan menjadi angka negatif pertama sejak pandemi COVID-19.
Laporan JOLTS AS menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan meningkat menjadi 7,740 juta pada bulan Januari, naik dari 7,508 juta, melampaui ekspektasi 7,63 juta, menandakan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja.
Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) terus membeli Emas, menurut World Gold Council (WGC). PBoC meningkatkan kepemilikannya sebesar 10 ton dalam dua bulan pertama tahun 2025. Namun, pembeli terbesar adalah Bank Nasional Polandia (NBP), yang meningkatkan cadangannya sebesar 29 ton, pembelian terbesarnya sejak Juni 2019, ketika membeli 95ton.Pedagang pasar uang telah memperkirakan 77,5 basis poin pelonggaran pada tahun 2025, naik dari 74 bps Jumat lalu, melalui data dari Prime Market Terminal
- Harga Emas Terkoreksi di Bawah $2.900, Pasar Mencermati Perkembangan Ekonomi AS!
Harga emas mengalami penyesuaian di awal pekan, turun 0,70% dan berada di bawah level $2.900 seiring meningkatnya kehati-hatian investor terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat (AS). Kebijakan perdagangan terbaru yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump menjadi sorotan utama, memengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.
Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di level $2.890 setelah sempat menyentuh titik tertinggi harian di $2.918. Sementara itu, pergerakan Wall Street mencerminkan kehati-hatian pasar terhadap perlambatan ekonomi yang tengah berlangsung.
Dalam sebuah wawancara pada hari Jumat, Trump menegaskan bahwa kebijakan yang diterapkan membawa perubahan besar bagi ekonomi AS. “Ada masa transisi karena apa yang kami lakukan sangat besar… Kami membawa kekayaan kembali ke Amerika,” ujarnya.
Di sisi lain, para pelaku pasar emas tetap mengamati berbagai faktor ekonomi, termasuk potensi skenario stagflasi yang tengah menjadi perhatian. Model Atlanta Fed GDP Now memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2025 berada di -2,4%, menandakan adanya perlambatan yang perlu dicermati dengan seksama.
Dengan dinamika yang terus berkembang, pasar emas tetap menjadi instrumen yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi global.Sumber : www.kp-press.com
- Harga Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Serta Kekhawatiran Resesi AS
Emas mengalami kenaikan tipis pada sesi perdagangan Asia dini hari, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat. Ketidakpastian ekonomi ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Dalam wawancara dengan Fox News pada hari Minggu, Presiden Donald Trump tidak menutup kemungkinan terjadinya resesi di AS tahun ini. “Para pedagang dan investor bereaksi terhadap penurunan tajam dan tiba-tiba dalam data ekonomi AS,” ujar Ole S. Hansen, analis dari Saxo Bank, dalam laporan penelitiannya.
Prospek emas tetap positif, mengingat koreksi harga yang terbatas, yang mengindikasikan permintaan kuat meskipun ada tekanan jual dari pedagang teknikal. Harga emas spot naik 0,2% menjadi $2.915,98 per ons, mencerminkan optimisme pasar terhadap logam mulia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sumber : www.kp-press.com - Emas Kembali Melemah, Saat Investor Menilai Dampak Tarif terhadap Ekonomi AS
Emas Kembali melemah saat investor mengamati perkembangan terbaru seputar tarif serta dampaknya terhadap ekonomi AS serta keputusan Federal Reserve.
Presiden Donald Trump membebaskan barang-barang Meksiko dan Kanada yang tercakup dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara yang dikenal sebagai USMCA dari tarif 25%-nya, yang menawarkan penangguhan hukuman besar bagi dua mitra dagang terbesar AS tersebut.
Sementara Trump menandatangani perintah pada hari Kamis untuk mengurangi tarif, yang terkait dengan imigrasi ilegal dan pelacakan fentanil, hingga 2 April. Itulah tanggal dimana presiden diharapkan mulai mengungkap rencana untuk apa yang disebut bea timbal balik pada negara-negara di seluruh dunia serta bea khusus sektor.
Keputusan tersebut menandai pembalikan signifikan oleh Trump, yang pada hari Selasa telah mengumumkan kenaikan tarif terbesar dalam satu abad hanya untuk mundur 48 jam kemudian karena saham terpukul dan Partai Republik menyatakan kekhawatiran mengenai konsekuensi ekonomi.
Selain itu serangkaian berita utama tarif dalam beberapa hari terakhir telah menciptakan perubahan besar dalam ekuitas dan membuat investor gelisah. Di pasar obligasi, para pedagang menjual obligasi pemerintah di tengah keyakinan yang meningkat bahwa perlambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh perdagangan akan menyebabkan Fed memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.
Sumber : www.kp-press.com - Harga Emas Stabil
Harga emas tetap kuat pada hari Rabu (5/3) di tengah spekulasi bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dapat mencabut beberapa tarifnya, setidaknya bea masuk pada otomotif yang terkait dengan perjanjian perdagangan bebas USMCA.
Meskipun demikian, ketidakpastian tetap ada, dan XAU/USD diperdagangkan pada $2.919, hampir tidak berubah. Harga emas batangan telah naik turun di sekitar angka $2.910 selama sesi Amerika Utara karena arus berita terus berlanjut. Federal Reserve (Fed) merilis Beige Book untuk mengantisipasi kebijakan moneter yang akan datang, yang menyatakan bahwa aktivitas ekonomi secara keseluruhan meningkat, namun harga lebih tinggi di tengah kebijakan perdagangan Trump.
Dari segi data, ADP mengungkapkan bahwa perekrutan swasta pada bulan Februari melambat tajam dibandingkan dengan angka bulan Januari. Sementara itu, menurut PMI Layanan ISM terbaru bulan Februari, bisnis terus berkembang dengan sehat. Meskipun demikian, kekhawatiran bahwa inflasi dapat kembali meningkat, karena Harga yang Dibayar, sub-komponen PMI, melonjak di atas level 60, mengisyaratkan bahwa produsen membayar harga yang lebih tinggi, yang dapat memicu inflasi putaran kedua.
Sementara itu, data AS yang baru-baru ini terungkap memicu kekhawatiran akan resesi. Mengenai geopolitik, seorang ajudan Presiden Ukraina Zelensky membahas langkah-langkah untuk mencapai perdamaian dengan Penasihat Keamanan Nasional AS karena Ukraina dan AS sepakat untuk segera bertemu. Hal ini dapat mendorong harga Emas turun, bersamaan dengan imbal hasil obligasi Treasury AS yang lebih tinggi.
Sementara para pedagang akan mengamati rilis angka Nonfarm Payrolls Februari pada hari Jumat, dengan para analis memproyeksikan 160 ribu pekerjaan akan ditambahkan ke angkatan kerja.
Sumber : www.kp-press.com
Jangan lupa follow akun kami untuk info dan news lainnya .
KPFBali #GoldNews #GoldTrading #SafeHaven #GasPromote